Sejarah Hari Ganefo 10 November. Salah satu hal besar yang terlupakan ataupun dilupakan adalah bahwa di Indonesia pernah berlangsung kompetisi olah raga dunia yang bernama GANEFO. Perjalanan waktu dan perubahan iklim politik telah ikut mengaburkannya. Dan lama kelamaan sepotong demi sepotong sejarah bangsa Indonesia pun bisa pupus dari ingatan generasi tua dan tidak lagi dikenal generasi muda bila tidak ada lagi yang mau mengingatkannya.

Pengertian Ganefo
GANEFO adalah The Games of the New Emerging Forces, atau yang dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai ‘Ajang Pesta Olah Raga Negara-negara Berkembang’. Sejarah bangsa dan negara Indonesia wajib diketahui bukan hanya oleh orang-orang yang terlahir di zaman terjadinya peristiwa bersejarah, tetapi juga bagi generasi muda bangsa yang baru terlahir di kemudian hari.




Sejarah Ganefo
Soekarno, Presiden Republik Indonesia yang pertama, menginiasi kelahiran pesta olahraga negara negara berkembang ini, yang secara mendunia dikenal sebagai GANEFO atau the Games of the New Emerging Forces. Pesta olahraga ini dibentuk pada akhir tahun 1962 sebagai tandingan Olimpiade. GANEFO dilangsungkan pada tanggal 10 -22 November tahun 1963 di Jakarta. Penyelenggaraan GANEFO berakibatkan tidak diizinknnya Indonesia untuk mengikuti Olimpiade tahun 1964 di Tokyo. GANEFO mengambil semboyan Onward! No Retreat (Maju Terus! Pantang Mundur).
GANEFO diselenggarakan selama 12 hari. Ada 51 negara peserta yang turut bertanding dalam 20 cabang olahraga. Sekitar 2.700 atlet berkompetisi, ditambah ofisial dan wartawan dari berbagai negara peserta.
Baca Juga:
- 🥇Daftar Hari Libur-Hari Penting Nasional dan Internasional (Terupdate)
- Hari Maritim Nasional 21 Agustus 2020
- 100+ Kata Ucapan Selamat Hari Pahlawan Terbaru
- Hari Pahlawan 10 November: Sejarah, Latar Belakang
- Daftar Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2020 Terbaru Hasil Revisi




10 November diperingati sebagai Hari Ganefo
51 negara peserta ini datang dari empat benua: Asia (Afghanistan, Burma, Kamboja, Srilanka, Korea Utara, Indonesia, Irak, Jepang, Laos, Lebanon, Mongolia, Pakistan, Palestina, China, Filipina, Arab Saudi, Suriah, Thailand, dan Vietnam Utara), Afrika (Aljazair, Guinea, Maroko, Nigeria, Mali, Senegal, Somalia, Tunisia, dan Republik Persatuan Arab), Eropa (Albania, Belgia, Bulgaria, Cekoslovakia, Finlandia, Prancis, Jerman Timur, Hungaria, Italia, Belanda, Polandia, Rumania, Uni Soviet dan Yugoslavia), serta Amerika (Argentina, Bolivia, Brazil, Chili, Cuba, Dominika, Meksiko, Uruguay, dan Venezuela).
“Atletik menjadi cabang olahraga paling populer dengan 23 kontingen berkompetisi di dalamnya, diikuti balap sepeda (16), tenis meja (15), tenis (14), tinju (13) dan renang (13). Tuan rumah mengikuti semua cabang olahraga, diikuti China dan Korea Utara yang berkompetisi di 13 cabang,” tulis Russell Field dalam The Olympic Movement’s Response to the Challenge of Emerging Nationalism in Sport: An Historical Reconsideration of GANEFO.
Namun tak semua negara mengirimkan kontingen terbaiknya. Mayoritas negara yang berpartisipasi menaruh simpati pada Ganefo namun tak ingin keanggotaannya di IOC ikut terancam.
“Sebagian besar negara partisipan tidak mengirimkan kontingen yang resmi karena takut dikeluarkan dari Olimpiade. Secara umum, hanya atlet-atlet berkaliber lebih rendah dari level Olimpiade yang dikirim ke Ganefo,” tulis Rusli Lutan dan Fan Hong dalam “The Politicization of Sport: GANEFO-A Case Study” yang terhimpun dalam Sport, Nationalism, and Orientalism: The Asian Games.
Sebagian contohnya adalah Jepang. Meski diundang pemerintah Indonesia, komite olimpiade mereka menolak untuk hadir di Ganefo. Namun himpunan pengusaha Jepang yang takut bisnisnya di Indonesia terganggu akibat penolakan ini akhirnya mengirimkan kontingen sendiri, tanpa restu komite nasionalnya.
Maroko dan Filipina mengirim delegasi yang direkrut dari prajurit militer. Brazil, Bolivia, dan Chili mengirimkan atlet dari kalangan mahasiswa. Begitu pula negara-negara Eropa, mayoritas kontingen yang dikirim berasal dari organisasi olahraga milik faksi-faksi politik oposisi di negara masing-masing.
Salah satu yang paling mencolok adalah kontingen Belanda dengan atletnya Guda Heijke, perenang berusia 16 tahun, yang berhasil menyabet emas untuk cabang renang.
Sekian informasi seputar Sejarah Hari Ganefo 10 November. Semoga bermanfaat. Salam.