Metode Cara Hitung Oprit dan Timbunan Pada Jembatan

Metode Cara Hitung Oprit dan Timbunan Pada Jembatan – Menghitung volume merupakan salah satu dari keseluruhan perencanaan suatu pekerjaan, seperti dalam bangunan konstruksi misalnya ketika akan melakukan perkerasan jalan dengan aspal harus dihitung volume aspal, dan juga ketika merencanakan pembebanan maka volume beton dan lainya harus dihitung. Ketika kita berbicara volume berarti kita bicara tentang kapasitas atau berapa banyak ruang yang bisa ditempati, entah itu untu bangunan persegi, persegi panjang, balok, kerucut dan bangunan lainya. Postingan ini menjelaskan bagaimana cara menghitung volume oprit jembatan.

Metode Cara Hitung Oprit dan Timbunan Pada Jembatan
Metode Cara Hitung Oprit dan Timbunan Pada Jembatan

Pengertian Oprit

Oprit jembatan adalah timbunan tanah atau urugan di belakang abutment yang dibuat sepadat mungkin untuk menghindari penurunan. oprit  bisa terdiri atas timbunan pilihan dan timbunan biasa dan untuk membuat oprit berdiri kokoh, maka dibuatlah tembok penahan tanah yang berfungsi menjaga kestabiltas lereng oprit tersebut.

Timbunan atau urugan dibagi dalam 2 macam sesuai dengan maksud penggunaannya yaitu :

1. Timbunan biasa, adalah timbunan atau urugan yang digunakan untuk timbunan sampai elevasi top subgrade yang      disyaratkan dalam gambar perencanaan tanpa maksud khusus lainnya. Timbunan biasa ini juga digunakan untuk penggantian material existing subgrade di lapangan yang tidak memenuhi syarat.
Bahan timbunan biasa harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

  • Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari tanah yang disetujui oleh Pengawas yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam pekerjaan permanen.
  • Bahan yang dipilih tidak termasuk tanah yang plastisitasnya tinggi, yang diklasifikasi sebagai A-7-6 dari persyaratan AASHTO M 145 atau sebagai CH dalam sistim klasifikasi “Unified atau Casagrande”. Sebagai tambahan, urugan ini harus memiliki CBR yang tak kurang dari 6 %, bila diuji dengan AASHTO T 193.
  • Tanah yang pengembangannya tinggi yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25 bila diuji dengan AASHTO T 258, tidak boleh digunakan sebagai bahan timbunan. Nilai aktif diukur sebagai perbandingan antara Indeks Plastisitas (PI) – (AASHTO T 90) dan presentase ukuran lempung (AASHTO T 88).

2. Timbunan pilihan, adalah timbunan atau urugan yang digunakan untuk timbunan sampai elevasi top subgrade yang disyaratkan dalam gambar perencanaan dengan maksud khusus lainnya, misalnya untuk mengurangi tebal lapisan pondasi bawah, untuk memperkecil gaya lateral tekanan tanah dibelakang dinding penahan tanah talud jalan.

Bahan timbunan pilihan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

  • Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai “Timbunan Pilihan” bila digunakan pada lokasi atau untuk maksud yang telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Pengawas.
  • Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan tanah berpasir (sandy clay) atau padas yang memenuhi persyaratan dan sebagai tambahan harus memiliki sifat tertentu tergantung dari maksud penggunaannya. Dalam segala hal, seluruh urugan pilihan harus memiliki CBR paling sedikit 10 %, bila diuji sesuai dengan AASHTO T 193.

Tahap Pelaksanaan Pekerjaan Oprit

  1. Steaking out

diadakan pengukuran dengan alat ukur atau manual untuk menentukan matahari oprit terlebih dahulu. cara manual yang diambil adalah dari posisi awal P0 laning jembatan dengan lebar 1-3 meter kearah keluar tegak lurus dengan panjang jembatan. kemudian di tanam patok sementara P1. langkah selanjutnya adalah menanam patok sementara P2 diagonal  secara diagonal dengan P0. langkah selanjutnya yaitu menjadikan p2 sebagai sumbu putar untuk menentukan matahari (1/4 kelilling lingkaran = 1/2 π R) yang dimulai dari P0 sampai sejajar dengan sumbu garis P1.

matahari
matahari

kemudian ditanam patok sisi luar dan sisi dalam tembok penahan tanah untuk oprit. langkah berikutnya menentukan elevasi atas oprit yang sejajar dengan lantai kendaraan jembatan. elevasi atas disimpan atau ditandai pada patok semipermanen untuk bisa dijaga waterpasnya.

  1. Pekerjaan timbunan biasa dan timbunan pilihan.

menimbun tanah per level dengan ketinggian 30 cm dipadatkan menggunakan compactor yang memadai dan selalu standby di lokasi saat dump truck menaruh material di lokasi pekerjaan oprit.

  1. Pekerjaan Tembok Penahan Tanah.

biasanya untuk menahan oprit, pasangan batu sering dipakai untuk pekerjaan. tetapi pada kondisi tertentu dengan ketinggian pasangan yang lebih dari 6 meter dengan kemiringan tertentu memiliki desain tembok penahan tanah tersendiri. karena gaya lateral dan gravitasi tanah yang memungkinkan tembok penahan tertentu memerlukan perlakuan khusus. maksud dan tujuan dari perlakuan ini menghindarkan tembok dari kegagalan struktur.

untuk itulah ada standar khusus yang dikeluarkan oleh kementerian pekerjaan umum dalam hal tembok penahan tanah.

 

Menghitung Volume Oprit Jembatan

Jalan menuju jembatan berupa timbunan tanah adalah oprit, tepatnya di belakang bangunan abutment. Untuk beberapa kasus ketika pelaksanaan pekerjaan jembatan, tinggi abutment kadang berbeda dengan oprit, abutment jembatan lebih tinggi maka dari itu tanah dibelakang abutment harus ditimbun dengan urugan tanah kemudian dipadatkan agar elevasi oprit dengan abutment sejajar.

Dilakukan penimbunan urugan tanah bertujuan untuk instalasi girder terutama untuk pemasangan bailey (alat peluncur yang terbuat dari baja yang dilengkapi rel), proses stressing dan launching. Lantas bagaimana kita menghitung volume oprit yang dibutuhkan, berapa banyak ruang yang harus ditimbun, berapa kubik tanah yang diperlukan?

Contoh:

Jika lebar jalan 9 meter, tinggi abutment 3,5 meter dan area yang akan dijadikan oprit 100 meter.

Maka menggunakan rumus:

P x L x T

100 x 9 x 3,5 = 3150 m3

Perlu diketahui menghitung volume oprit rumus yang digunakan adalah rumus volume persegi panjang, jika panjang oprit yang akan dihitung 50 meter, lebar 6 meter dan tinggi 1 meter maka rumus yang digunakan:

P x L T

50 x 6 x 1 = 300 m3

Karena objek yang akan dihitung menyerupai persegi panjang maka menggunkan rumus volume persegi panjang. Ketika akan menghitung volume harus dikenali dulu ruang bangunan tersebut seperti apa, terutama pada pelaksanaan pekerjaan oprit, jika kondisi jalan menanjak atau menurun sepanjang 100 meter tentu akan berbeda menghitung volumenya.

Mencari volume oprit dilakukan ketika kondisi tanah dibelakang abutment lebih rendah atau tidak sejajar, untuk mengetahui berapa kubik tanah yang dibutuhkan maka volume harus dicari, berapa ruang harus di isi, jika objek nya persegi panjang maka yang digunkan adalah rumus yang diatas.

Untuk panjang oprit tergantung berapa banyak atau berapa segmen girder tersebut yang akan di launching. Misalkan 1 segmen girder memiliki panjang 5 meter, jarak span dari abutment ke pilar 14 meter, maka dibutuhkan 3 segmen girder, dan ketiga segmen girder tersebut harus di susun di oprit kemudian di stressing dan di launching.

Misalkan untuk 3 segmen girder membutuhkan oprit 25-30 meter juga cukup, tetapi oprit  harus diberi ruang kosong yang memungkinkan beberapa alat berat dan peralatan ketika instalasi girder dilaksanakan.

Setelah kita mengetahui volume ruang yang dibutuhkan hal selanjutnya adalah memesan tanah urug atau jika ada memanfaatkan tanah dari hasil galian pekerjaan sebelumnya.

Dalam hal pemesanan dan pembelian tanah urug ini perlu di pertimbangkan saat pemesanan diantaranya adalah jarak pengangkutan truk sampai dengan lokasi proyek, apakah jalan akses ke proyek harus memutar, apakah jalan akses ke proyek dapat di lalui truk besar, dan berapa jumlah truk atau berapa balik truk yang dibutuhkan untuk mengangkut tanah urug yang dipesan. Kemudian untuk ketersediaal alat berat untuk pemadatan dan operator-nya juga harus benar-benar dikondisikan.

Dengan mempertimbangkan semua itu bertujuan untuk meminimalisir pengeluaran biaya yang tak terduga atau membengkak. Hal yang harus di utamakan dalam pekerjaan proyek selain keselamatan adalah bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dapat dilakukan dengan harga yang relatif murah, kokoh dan mudah dikerjakan.

Baca Juga:

Leave a Comment