18 April, Hari Peringatan Konferensi Asia-Afrika di Bandung

18 April, Hari Peringatan Konferensi Asia-Afrika di Bandung – Gagasan perlu adanya pertemuan negara-negara Asia Afrika datang dari Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo dalam pernyataan politiknya di depan Dewan Perwakilan Rakyat Sementara pada 23 Agustus 1953. Ali menekankan pentingnya kerja sama antara negara-negara Asia Afrika untuk menciptakan perdamaian dunia. Sebagai tindak lanjut, pada 28 April-2 Mei 1954 diadakan Konferensi Kolombo yang dihadiri pemimpin negara dari Sri Lanka, Burma, Pakistan, Indonesia dan India. Dalam pertemuan tersebut dihasilkan kesepakatan untuk menyelenggarakan konferensi lanjutan negara-negara Asia Afrika.

Pada 28-29 Desember 1954, diadakan kembali pertemuan di Bogor, Jawa Barat, untuk mematangkan gagasan dari Konferensi Kolombo. Pertemuan Bogor tersebut menghasilkan keputusan akan diadakan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada April 1955. Selain itu, ditetapkan pula lima negara peserta Pertemuan Bogor sebagai negara sponsor, jumlah negara Asia Afrika yang akan diundang, dan menentukan tujuan pokok Konferensi Asia Afrika.

Berdasarkan hasil dari Pertemuan Bogor tersebut, maka diselenggarakan Konferensi Asia Afrika pada 18-24 April 1955. Bertempat di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat, konferensi dibuka oleh Presiden Soekarno, dihadiri oleh 29 negara Asia dan Afrika. Konferensi menghasilkan kesepakatan yang dikenal dengan Dasasila Bandung. Pada prinsipnya, Dasasila Bandung sangat menjunjung tinggi hak dasar manusia, integritas dan kedaulatan negara, persamaan hak semua suku dan bangsa, dan asas kebersamaan.

Sejarah Konfrensi Asia Afrika

Agenda peringatan Konferensi Asia Afrika yang merupakan salah satu peristiwa bersejarah bagi Indonesia dan dunia:

  • 24 April 1975
    Peringatan 20 tahun Konferensi Asia Afrika berlangsung di Pendopo Agung Sasono Utomo TMII, Jakarta. Dalam sambutannya, Presiden Soeharto berpendapat, berbagai ketegangan yang masih menyemaskan dunia terutama perkembangan akhir-akhir ini di Indocina tidak lain adalah kelanjutan proses dekolonisasi yang belum rampung. Hal itu bisa dihindari apabila semua pihak mengikuti Dasasila Bandung, yaitu dokumen penting hasil Konferensi Asia Afrika tahun 1955.
  • 18 April 1979
    Wakil Presiden Adam Malik meresmikan pekan peringatan triwindu Konferensi Asia Afrika di halaman Gedung Pola, Jakarta. Adam Malik mengatakan bahwa perjuangan kemerdekaan setiap negara pada hakekatnya adalah perjuangan membangun kesejahteraan rakyat. Dilihat secara sepintas, mungkin dapat dikatakan perjuangan merebut kemerdekaan lebih dilandasi oleh hal-hal yang bersifat filosofis. Karena itu, lebih mudah menjalin solidaritas di antara negara-negara yang memiliki persamaan, permasalahan dan kepentingan.
  • 21 April 1980
    KNPI mengadakan Seminar Pemuda Asia Afrika selama tiga hari, 21-23 April 1980 di Hotel Indonesia-Sheraton, Jakarta, dengan tema “Semangat Bandung dan Perjuangan untuk Mewujudkan Tata Ekonomi Internasional Baru dan Memperkokoh Perdamaian Dunia”. Seminar yang diadakan dalam rangka peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika ini, dibuka oleh Wakil Presiden Adam Malik. Seminar menghasilkan enam rekomendasi yang disebut sebagai kesepakatan bersama untuk menggelorakan kembali semangat Bandung.
  • 24 April 1980
    Peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika diadakan di Gedung Merdeka, Bandung. Sambutan Presiden Soeharto di antaranya bahwa perubahan-perubahan yang berkembang di dunia sekarang tidak lain adalah kelanjutan yang lebih matang dari apa yang dipikirkan di Bandung seperempat abad yang lalu. Perubahan-perubahan itu merupakan perjalanan dari gerakan besar untuk membangun tata dunia yang lebih adil dan manusia, baik di lapangan ekonomi maupun di lapangan politik.
  • 24 April 1985
    Semangat Asia Afrika dengan Dasasila Bandungnya yang dikumandangkan dalam Konferensi Asia-Afrika tahun 1955, menggema lagi pada peringatan Konferensi Asia Afrika di Gedung Asia Afrika, Bandung. Di depan 250 anggota delegasi dari 92 negara dan utusan badan internasional lainnya, Presiden Soeharto mengajak negara-negara Asia Afrika untuk menggalang persatuan demi tugas sejarah masa depan.
  • 22 April 1990
    India dan Pakistan diimbau agar segera menuju meja perundingan untuk menyelesaikan masalah Jammu dan Kashmir, dengan semangat dan jiwa Dasa Sila Bandung. Imbauan itu dikemukakan oleh Rachmawati Sukarnoputri, Ketua Umum Yayasan Pendidikan Soekarno, dalam peringatan HUT ke-35 Konferensi Asia Afrika (KAA) di Gedung Graha Purna Yudha, Jakarta. Rachmawati juga menyerukan dukungan untuk rakyat Afrika Selatan melawan politik apartheid dan perjuangan rakyat Palestina untuk memperoleh kembali tanah air mereka.
  • 24 April 1995
    Presiden Soeharto menyatakan, Gerakan Nonblok (GNB) tidak boleh hanya menjadi penonton dan membiarkan dirinya terpojok dalam arus perubahan sejarah. Sebab, gerakan ini merupakan koalisi politik yang mewakili lebih banyak negara berdaulat dibandingkan dengan kelompok mana pun dalam sejarah. Presiden menegaskan hal itu dalam pidatonya untuk memperingati 40 tahun Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat.
  • 22 April 2000
    Presiden Abdurrahman Wahid menegaskan semangat Konferensi Asia Afrika tahun 1955 tetap relevan dalam konteks kekinian, terutama dalam mewujudkan kemandirian bangsa dan martabat kemanusiaan. Nilai-nilai yang dicetuskan Soekarno dan para pemimpin Asia Afrika, hendaknya diaktualisasikan sebagai motivasi untuk menghapus segala bentuk hegemoni dan ketergantungan pada negara maju.
  • 22 April 2005
    Dalam pidato upacara pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika Ke-50 di Jakarta, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan bahwa permasalahan utama yang dihadapi negara-negara di Asia-Afrika adalah bagaimana memerangi kemiskinan. Hal inilah yang akan menjadi inti perjuangan selanjutnya bangsa-bangsa Asia-Afrika, yang upaya pencapaiannya membutuhkan sebuah tata pemerintahan yang baik (good governance) dan kemitraan yang strategis di antara kedua benua.
  • 24 April 2005
    Seluruh delegasi Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika 2005 diharapkan bisa mewujudkan Deklarasi Kemitraan Baru Asia-Afrika sebagai perwujudan Dasasila Bandung di tengah tantangan yang baru. Oleh karena itu, semua pihak harus bekerja bersama agar sejarah mencatat hal baik mengenai KAA 2005. Hal itu disampaikan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono ketika memberikan sambutan pada Peringatan 50 Tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Gedung Merdeka, Bandung.
  • 18 April 2012
    Sebuah festival bakal digelar di Bandung selama tujuh hari dari 18-24 April untuk memperingati 57 tahun berlangsungnya Konferensi Asia Afrika. Kegiatan yang melibatkan berbagai komunitas ini digelar sebagai ajang pertemuan sesama warga sekaligus menghayati nilai persamaan yang diusung KAA tahun 1955 silam.
  • 18 April 2013
    Dasasila Bandung yang dihasilkan dari Konferensi Asia Afrika tahun 1955 masih tetap relevan untuk ditegakkan hingga kini. Dunia masih menghadapi masalah penjajahan, kesejahteraan yang tidak merata, hingga terciptanya perdamaian. Demikian kesimpulan peringatan ke-58 Konferensi Asia Afrika (KAA) di kompleks Gedung Merdeka, Bandung.
  • 16 April 2014
    Sebanyak 22 duta besar menghadiri peringatan ke-59 Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa Barat, yang bertema ”Semangat Kemitraan dan Langkah Maju Kerja Sama Asia Afrika”. Diharapkan ada penguatan solidaritas Asia-Afrika. Tak dimungkiri spirit dari Bandung setelah KAA 1955, sedikitnya 40 negara merdeka, dan Gerakan Nonblok dideklarasikan di Beogard, Yugoslavia, tahun 1961.
  • 17 April 2014
    Forum internasional Deklarasi Kemitraan Strategis Asia Afrika Baru (NAASP) tetap menjadikan isu Palestina sebagai prioritas utama dalam masalah kebebasan dan kemerdekaan. Hal itu dikemukakan Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Dian Triansyah Djani, pada Pembukaan Peringatan 59 Tahun Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung, Jawa Barat.
  • 19 April 2015
    Pertemuan Pejabat Senior pada Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika, sepakat bulat mendukung Deklarasi Palestina. Deklarasi itu menegaskan kembali dukungan anggota terhadap kemerdekaan Palestina, sekaligus mengusahakan negara itu menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.
  • 19 April 2015
    Negara-negara di kawasan Asia dan Afrika menghadapi banyak tantangan, tetapi yang paling serius ialah terorisme. Solidaritas kolektif yang kuat antarbenua dan stabilitas perlu dibangkitkan karena hanya dengan itu pembangunan di kawasan yang paling dinamis ini dapat berjalan dengan baik.
  • 20 April 2015
    Pesan Bandung sebagai hasil dari Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika adalah pesan politik dan moral kepada dunia. Pesan itu harus diterapkan, mengacu pada dokumen Kerja Sama Strategis Asia Afrika Baru (NAASP).
  • 22 April 2015
    Pemerintah Indonesia mengkritik peran Perserikatan Bangsa-Bangsa yang melemah dan tidak berdaya mencegah konflik bersenjata di sejumlah negara. Presiden Joko Widodo mendesak reformasi di lembaga tersebut agar dapat berperan maksimal sebagai organisasi yang memperjuangkan perdamaian dunia.
  • 23 April 2015
    Pada penutupan peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika, Presiden Joko Widodo mengatakan seluruh peserta sepakat menggelorakan inti perjuangan Selatan-Selatan, yaitu kesejahteraan, solidaritas, dan stabilitas negara Asia Afrika. Pertemuan menghasilkan tiga deklarasi, yaitu Pesan Bandung, Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika, dan Deklarasi Palestina.
  • 24 April 2015
    Kemeriahan Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika ditutup dalam acara puncak di Gedung Merdeka, Bandung. Pertemuan menghasilkan kesepakatan Pesan Bandung, yang ditandatangani secara simbolis oleh tiga kepala negara mewakili negara peserta, yakni Presiden Joko Widodo, didampingi Presiden Tiongkok Xi Jinping sebagai wakil Asia dan Raja Swasi Mswati III sebagai wakil Afrika. Pesan ini berisi komitmen kerja sama baru, revitalisasi penguatan kemitraan Asia Afrika, serta solidaritas politik, kerja sama ekonomi, dan sosial budaya sebagai tiga pilar utama.
  • 24 April 2015
    Suasana akrab terasa begitu kental ketika para pemimpin negara Asia dan Afrika memulai acara napak tilas di Jalan Asia Afrika, Bandung. Napak tilas yang dimulai dari Hotel Savoy Homann ke Gedung Merdeka itu merupakan seremoni untuk mengenang jejak dan semangat para pencetus Konferensi Asia Afrika 1955. Ada 22 kepala negara, wakil kepala negara, kepala pemerintahan atau wakil, serta delegasi dari 106 negara yang hadir.
  • 24 April 2015
    Di tengah derasnya pembahasan isu Palestina, perhelatan Konferensi Asia Afrika membawa satu misi khusus, yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi di kedua kawasan. Misi itu seolah menegaskan kembali nilai dasar KAA, yaitu membangun kemandirian.
  • 19 April 2016
    Peringatan 61 tahun Konferensi Asia Afrika diisi dengan diadakan seminar kesejarahan di Kota Bandung, Jawa Barat. Tantangan KAA berubah seiring dengan peta politik internasional yang juga berubah sejak berakhirnya era perang dingin pada 1990.
  • 18 April 2017
    Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, memberikan sambutan pada peringatan 62 tahun Konferensi Asia Afrika. ”Live and Let Live Asia Africa Unity in Diversity”, yang bermakna sebuah prinsip hidup dan membiarkan yang lain hidup serta bersatu dalam sebuah keragaman diangkat kembali sebagai tema peringatan KAA. Itulah semangat yang selalu dikobarkan Soekarno untuk mewujudkan persatuan bangsa-bangsa di tengah keragaman dan perbedaan negara-negara di Asia-Afrika.
  • 18 April 2018
    Pertumbuhan ekonomi di kawasan Afrika ke depan diprediksi semakin pesat. Kondisi ini merupakan prospek bisnis yang baik bagi Indonesia. Kerja sama dengan negara-negara di kawasan Afrika berpeluang besar ditingkatkan, apalagi dengan ada fondasi yang kuat dari semangat Konferensi Asia Afrika tahun 1955.

Pelopor Konferensi Asia Afrika

Fakta Singkat Konferensi Asia Afrika

Waktu: 18-24 April 1955

Tempat: Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat

Penggagas:

  • Jawaharlal Nehru (India)
  • Ali Sastroamidjojo (Indonesia)
  • Muhammad Ali Bogra (Pakistan)
  • Sir John Kotelawala (Sri Lanka)
  • U Nu (Myanmar)

Peserta:

Afghanistan, Arab Saudi, China, Ethiopia, Filipina, Ghana, India, Indonesia, Irak, Iran, Jepang, Kamboja, Laos, Lebanon, Liberia, Libya, Mesir, Myanmar, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, Sudan, Suriah, Thailand, Turki, Vietnam Selatan, Vietnam Utara, Yaman, Yordania.

Pengusung dan Penyelenggara KAA

KAA Bandung dihadiri 29 pemimpin dari Asia dan Afrika. Mereka adalah perwakilan dari separuh penduduk dunia.

Pengusung dan penyelenggara KAA yakni:

  • Indonesia
  • India
  • Birma (Myanmar)
  • Pakistan
  • Sri Lanka

Kelima negara ini punya keresahan masing-masing, di antaranya yakni:

  • Keengganan Barat untuk berunding terkait nasib bangsa Asia
  • Ketegangan antara China dan Amerika Serikat
  • Keinginan untuk menciptakan perdamaian dengan China dan Barat
  • Perlawanan terhadap kolonialisme, terutama pengaruh Perancis di Afrika Utara
  • Sengketa Indonesia dengan Belanda atas Irian Jaya

Pesertanya berasal dari negara-negara dari Afrika, Asia, hingga Timur Tengah. Selain lima penyelenggara pesertanya yakni:

  • Afghanistan
  • Kamboja
  • China
  • Mesir
  • Ethiopia
  • Pantai Emas (Ghana)
  • Iran
  • Irak
  • Jepang
  • Yordania
  • Laos
  • Lebanon
  • Liberia
  • Libya
  • Nepal
  • Filipina
  • Arab Saudi
  • Sudan
  • Suriah
  • Thailand
  • Turki
  • Vietnam Utara
  • Vietnam Selatan
  • Yaman

Dasasila Bandung

Aspirasi negara-negara Asia-Afrika menghasilam Dasasila Bandung. Dasasila Bandung juga memuat prinsip-prinsip Piagam PBB dan Lima Prinsip Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri India.

Berikut isi Dasasila Bandung:

  1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB
  2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa
  3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun kecil
  4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan dalam negeri negara lain
  5. Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB
  6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya terhadap negara lain
  7. Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik suatu negara
  8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrasi, ataupun cara damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB
  9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama
  10. Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional

Dasasila Bandung menjadi harapan semua peserta KAA Bandung, utamanya karena sebagian besar pernah merasakan penjajahan.

KAA Bandung kelak menginspirasi Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito, Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru, dan Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser membentuk Gerakan Non-Blok.

Logo, Tema, dan Kegiatan Peringatan Konferensi Asia Afrika 18-24 April 2021

18 April, Hari Peringatan Konferensi Asia-Afrika di Bandung
18 April, Hari Peringatan Konferensi Asia-Afrika di Bandung

Memperingati 66 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) dengan tema “Kemanusiaan dan Solidaritas”. Hal ini disampaikan Kepala Museum KAA, Dahlia Kusuma Dewi saat peluncuran logo, tema, dan program Peringatan 66 Tahun KAA di Museum KAA, di bilangan Asia Afrika Bandung, Jawa Barat.

Persamaan nasib dan semangat solidaritas yang melahirkan konferesi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika 66 tahun silam kembali menemukan relevansi saat dunia bersama-sama membangun solidaritas untuk berjuang menghadapi pandemi.

Semangat kemanusiaan dan solidaritas bangsa Asia dan Afrika tercermin pada logo peringatan yang berbentuk angka 66 yang mengesankan dua benua dengan dua tangan saling berpegangan erat sebagai simbol ‘Kemanusiaan dan Solidaritas’ untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Warna merah melambangkan Asia, sedangkan warna hijau merepresentasikan Afrika, dengan latar belakang putih menggambarkan dunia.

Dalam peringatan 66 tahun ini, Kementerian Luar Negeri menyusun 8 program unggulan yang diarahkan untuk menghidupkan kembali semangat “Kemanusiaan dan Solidaritas” dari Dasa Sila Bandung yang lahir dalam peristiwa Konferensi Asia Afrika 1955.

Program peringatan 66 tahun KAA

  1. Pengibaran 109 bendera Negara-negara peserta KAA 1955 di sekeliling kompleks Museum KAA – Gedung Merdeka.
  2. “Message of the World”, menggalang pesan ‘Kemanusiaan dan Solidaritas’ dari generasi muda di seluruh dunia berupa surat atau video singkat yang dikirimkan melalui surel dan media sosial Museum KAA.
  3. Peluncuran buku sejarah “The Bandung Connection” karya Sekretaris Jenderal KAA Roeslan Abdulgani dalam bentuk Edisi Braille dan Buku Suara.
  4. Peluncuran film dokumenter bertajuk “Museum untuk Semua” yang menggambarkan empat dekade perjalanan Museum KAA dalam melestarikan nilai-nilai Konferensi Asia-Afrika.
  5. Lomba edukasi sejarah Bandung Historical Study Games (BHSG) secara daring, dimana pada tahun-tahun sebelumnya menyedot perhatian remaja.
  6. Lomba Story Telling Anak bertema “Indonesiaku Pahlawan Dunia” yang dilakukan secara daring.
  7. “Seribu Masker untuk Bandung”, yaitu menyerahkan 1000 masker kain berlogo Peringatan 66 Tahun KAA dan Museum KAA untuk masyarakat melalui Pemerintah Kota Bandung.
  8. Webinar bertema “Kemanusiaan dan Solidaritas Internasional untuk Kesehatan Dunia” yang akan membahas pentingnya solidaritas dalam upaya bersama menghadapi pandemi global.

Baca Juga:

Sekian informasi seputar 18 April, Hari Peringatan Konferensi Asia-Afrika di Bandung. Semoga bermanfaat. Salam.

Hari Peringatan Konferensi Asia-Afrika di Bandung, Hari Peringatan Konferensi Asia-Afrika di Bandung,

Leave a Comment